Tidak terasa kemerdekaan Republik Indonesia sudah sampai usia 75 tahun. Semakin tua negeri ini, semakin genjar dimasuki oleh paham-paham intoleran yang bertentangan dengan ghiroh berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hal itu pun telah terjadi di Kabupaten Tuluangagung, Jawa Timur yang diketahui terdapatnya kampung yang berpahamkan wahabi. Kejadian itu membuat masyarakat Tulungagung resah hingga membuat masa unjuk rasa ke depan Kantor DPRD Kab. Tulungagung minta tindakan secara tegas kepada pemerintah.

Menganalisir dari kejadian tersebut Lembaga Badan Kemaritiman Nahdhatul Ulama (BKNU) Pimpinan Cabang Nahdhatul Ulama (PCNU) Tulungagung menggelar “Ngaji Aswaja Santri Pesisir.” Kegiatan ini selain untuk memperingati semangat Kemerdekaan Indonesia ke 75, tetapi juga sebagai bentuk nyata bertanggung jawab untuk menjaga NKRI, khususnya di masyarakat pesisir yang tidak jarang masih kental dengan tradisi abangan.

Dengan semangat perjuangan dan tanggung jawab Annadiyyah BKNU menggelar Ngaji Aswaja Santri Pesisir ini dimulai dari masyarakat pantai selatan Tulungagung, masyarakat Pantai Klathak Desa Keboireng Kecamatan Besuki, Tulungagung (16/8/20). Acara ini sudah dilakukan ke dua kalinya, sebelumnya ke masyarakat Pantai Sidem.

Tulungagung diketahui memiliki kekayaan pantai, terdapat 43 bibir pantai yang terdata. Tujuan dari terselenggaranya acara ini adalah untuk penguatan masyarakat pesisir akan paham ahlussunnah wal jamaah.

“Alhamdulillah BKNU PCNU Tulungagung telah merealisasikan dari program Ngaji Aswaja Santri Pesisir. Perlu diketahui panjang pantai di Kab. Tulungagung adalah 62 km, sepanjang pantai di huni penduduk dan menjadi pusat ekonomi masyarakat. Pantai adalah gerbang pintu masukknya peradaban manusia, sehingga budaya, paham apapun dapat masuk melalui pantai. Sehingga diharapkan warga sekitar pantai menjadi kuat dalam hal paham ahli sunnah wal jamaahnya, tidak akan terkena aliran-aliran sesat yang bertentangan dengan cita-cita pendiri negeri ini,” ungkap Rodi Ketua BKNU PCNU Tulungagung.

Rodi menambahkan ke depan harapannya ini menjadi kegiatan rutin, setiap selapan (35 hari) akan diadakan rutinan pada saat amaliyah NU ke masyarakat pesisir, dan sekitarnya untuk Ngaji Aswaja. Supaya masyarakat akidah Nadhiyin menjadi kuat, paham akan pengetahuan Aswaja dan sebagaimana yang dicontohkan oleh para masyayikh dan pendahulu pendiri negeri ini.
Acara ini dihadiri langsung oleh Ketua Tanfidhiyah PCNU Tulungagung dan segenap Pengurus Majelis Wakil Cabang (MWC) Besuki. Tercatat kurang lebih 200 peserta yang ikut serta dalam acara ini.
Kegiatan semacam ii pun diapresiasi oleh Ketua Tanfidhiyah PCNU Tulungagung, KH. Abdul Hakim Mustofa.

“Saya sangat bersyukur dimana BKNU PCNU Tulungagung telah mengadakan kegiatan yang tidak hanya kegiatan tugas pokoknya sebagai sebagai badan kemaritiman. Akan tetapi bisa sampai kepada bagaimana menjaga akidah warga pesisir, istilahnya santri pesisir. Seyampang kita memang dihadapkan oleh kegiatan-kegiatan wahabi yang berkembang di daerah kita. Kegiatan semacam ini perlu untuk menguatan pemahaman masyarakat kita, khususnya masyarakat pesisir agar tidak terjamah oleh mereka yang bertentangan dengan Islam Ahli Sunnah Wal Jamaah Annadiyyah,” tandasnya.

Imam Rojikin sebagai salah satu masyarkat pantai Klatak pun merasa kegiatan semacam ini dinilai bermanfaat dan diperlukan oleh masyarakat pesisir.

“Yang jelas kita membutuhkan kegiatan semacam ini, khususnya warga pesisir, perlu wawasan. Apalagi keadaan indonesiaan kita saat ini makain tergerus oleh adanya kepahaman-kepahaman intoleran. Jadi dengan adanya ngaji aswaja ini sangat bisa kontekstual zaman saat ini.”
Laki-laki yang akrab disapa Rojikin ini mengharapkan acara semacam ini tidak hanya satu atau dua kali diselenggarakan, tetapi dapat intens lagi. Agar masyarakat pesisir tetap diperhatikan dan terjalin ukhuwah islamiyah, wathaniyyah, dan basyariyyah dalam bingkai NKRI yang majemuk.

 

Kontributor: Hida

Editor: —-