Tulungagung – Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Tulungagung menggelar Musyarah Kerja Cabang (Muskercab) kedua hari ini, Sabtu (12/06/2021) di Aula Kantor PCNU Tulungagung. Digelar dengan protokol kesehatan, acara ini dihadiri oleh perwakilan lembaga dan badan otonom nahdlatul ulama serta pengurus Musyawarah Wakil Cabang (MWC). Sebelum memasuki tempat acara, peserta juga terlebih dahulu diswab antigen.
Ketua Tanfidziyah PCNU Tulungagung, KH Abdul Hakim Mustofa dalam sambutannya menyampaikan terimakasih atas kehadiran semua pihak dalam acara Muskercab kali ini. Meski sempat beberapa kali tertunda, namun pihaknya bersyukur bisa menggelar acara ini meskipun dirangkai dengan acara Turba PWNU Jawa Timur.
Selanjutnya, KH Abdul Hakim Mustofa juga menyampaikan bahwa dalam dua tahun berjalan dan ini adalah Musker yang kedua telah melaksanakan tugas-tugas hasil konferensi pada tahun yang lalu. Walaupun dimaklumi bahwa NU sebagai organisasi swasta yang berdikari, ada yang kinerjanya banter, ada yang kerjanya sedang dan ada pula yang landai-landai saja.
KH Abdul Hakim Mustofa juga menyampaikan bahwa pihaknya memaklumi akan adanya hal tersebut. Namun harapannya, bagaimanapun situasi dan kondisi karena sudah terlanjur disepakati maka seharusnya program kerja yang telah ada supaya betul-betul dilaksanakan dengan baik.
“Mari kita cermati lagi program mana yang sudah kita laksanakan dan mana yang belum. Setelah musker ini semoga ada langkah-langkah yang lebih baik,” kata KH Abdul Hakim Mustofa.
Ketua Tanfidziyah PCNU Tulungagung juga menyampaikan kegembiraannya di mana perolehan rekam data KARTANU di wilayah PCNU Tulungagung masuk dalam 4 besar nasional. Meskipun di sisi lain pihaknya juga prihatin bagaimana di Tulungagung dengan jumlah 40 ribuan sudah masuk 4 besar, lalu bagaimana di daerah lain. Oleh karena itu, pihaknya mengajak supaya ini menjadi perhatian semua pihak di organisasi NU.
Sebelum mengakhiri sambutannya, Ketua Tanfidziyah PCNU Tulungagung juga mengajak para pengurus NU beserta Lembaga dan banom untuk berkhidmat dengan disertai keikhlasan sehingga manfaat NU bisa dirasakan oleh warga nahdliyin khususnya dan masyarakat luas pada umumya.
Sementara itu Rois Syuriah PCNU Tulungagung, KH Muhson Hamdani dalam sambutannya menyampaikan beberapa hal yang seyogyanya diperhatikan dalam berkhidmat di NU.
Di antaranya adalah jangan sampai ketika menjadi khodimnya NU diniatkan untuk ndandani atau membenahi NU. Akan tetapi diniatkan mengabdikan diri berkhidmat di NU semampunya.
“Karena apa, akan terjadi paradok sehingga kebesaran Nahdlatul Ulama akan menjadi kerdil oleh pemikiran kita itu,” kata KH Muhson Hamdani.
Hal lain yang disampaikan oleh Rois Syuriah adalah bahwa di NU tidak bisa lepas dari mabda’ ahli sunnah wal jama’ah, baik itu ekonomi, budaya yang didalamnya amar ma’ruf nahi munkar, baik itu politik, kemudian kesehatan dan lain-lain, itu panduannya harus berpanduan dengan ahli sunnah wal jama’ah.
“Memang sampai saat ini kalau urusan kesehatan, urusan kesejahteraan sosial non ekonomi, budaya dan seterusnya, Nahdlatun Ulama sudah bisa menterjemahkan itu semua, sehingga muncul yang namanya Islam Nusantara walaupun ada polemik. Tetapi dari sisi ekonomi kita itu masih banyak khsususnya lembaga keuangan itu dari Nahdlatul Ulama secara khusus belum mampu memiliki panduan praktik implementatif,” ungkap KH Muhson Hamdani.
Sehingga, masih menurur KH Muhson Hamdani, kalau melihat dari Dewan Fatwa Majelis Ulama Indonesia atau Dewan Syariah Nasional itu kadang-kadang kita melihatnya itu ketika diimplementasikan di lembaga-lembaga keuangan yang berlabel syariah perjalanannya masih mungkin tidak ada lima puluh persen. Oleh karenanya melalui kajian-kajian fiqh muamalahnya, NU diharapkan bisa membikin sebuah prototype yang bisa dilakukan secara gamblang bahwa ini lembaga keuangan yang betul-betul syar’i.
Meski demikian KH Muhson Hamdani juga menyampaikan bahwa fiqh itu mesti berada dalam bingkai ikhtilaful al aimah. Itu pasti begitu, tidak mungkin fiqh itu menjadi satu. Karena karakter fiqh itu selalu ada perbedaan.
“Tapi mampuo kita itu menjadi arus besar,” kata KH Muhson Hamdani.
Dalam kesempatan tersebut, KH Muhson Hamdani juga mengingatkan bahwa saat ini generasi sudah mulai berganti. Muncul kaum-kaum muda di kalangan NU. Dan hal ini penting bagi warga NU untuk memperhatikan mereka tidak terpengaruh oleh ideologi yang tidak seuai atau yang menyerang ahli sunnah wal jama’ah.
Kontributor: Muhlasin
Editor: —
Komentar Terbaru