Tentunya telinga kita sangat tidak asing dikala membahas tentang taubat, yang mana arti dari taubat ini menurut bahasa Arab berasal dari kata taaba-yatuubu-taubatan yang berarti “kembali” atau “rujuk”, sedangkan menurut istilah upaya untuk meninggalkan dosa dan bertekad kuat untuk tidak mengulanginya lagi. Sudah menjadi rahasia umum jika manusia itu jauh dari kata sempurna, yang terkadang melakukan kekhilafan berujung pada perbuatan dosa, dan Allah SWT memberikan solusi akan hal itu, dengan cara bertaubat yang mana tertera pada firman Allah :
وَتُوْبُوْٓا اِلَى اللّٰهِ جَمِيْعًا اَيُّهَ الْمُؤْمِنُوْنَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ
Artinya : Jika kalian semua ingin beruntung wahai orang-orang beriman, maka bertaubatlah kepada Allah SWT. (QS. An-Nur ayat 31)
Sesungguhnya kita oleh Allah SWT telah di berikan kesempatan yang sangat luas untuk bertaubat kepada-Nya. Karena ia mempunyai sifat Al Ghaffar yang maknannya Maha Mengampuni, karena tidak ada dosa yang tidak berpeluang untuk diampuni oleh-Nya, bahkan dosa syirikpun tetap diampuni jikalau mau kembali ke jalan Allah, Nabi pun juga berkata bahwa orang yang menyembah selain Allah dari kalangan ahlul kitab, dan ia mau bertaubat, maka ia mendapat dua pahala dari taubatnya. Lalu bagaimana dengan seseorang yang sudah bertaubat kemudian mengulangi kesalahannya lagi ?, apakah taubatnya diterima oleh Allah SWT atau tidak ?. Nabi bersabda yang berbunyi sebagai berikut :
كُلُّ ابْنِ آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ
Artinya : “Manusia seringkali berbuat salah, dan sebaik-baiknhya orang yang berbuat salah adalah orang yang sering bertaubat” (HR. Tirmidzi no.2687. At Tirmidzi berkata: “Hadits ini gharib”. Di-hasan-kan Al Albani dalam Al Jami Ash Shaghir, 291/18).
Memang tidak perlu dipertanyakan lagi bagaimana sifat dasar manusia, yang berbuat kesalahan tidak hanya sekali namun berkali-kali. Dari hadits diatas kita bisa melihat bahwa kata خطاء yang artinya banyak berbuat salah. Namun apa kata Nabi “sebaik-baiknya orang yang berbuat salah adalah orang yang sering bertaubat”. Ini menunjukkan bahwa orang yang memiliki dosa banyak, bahkan orang yang masih sering mengulang dosa yang sama setelah bertaubat, maka tetap akan diterima taubatnya oleh Allah SWT.
Kemudian disebutkan juga didalam hadits shahih :
إِنَّ عَبْدًا أَصَابَ ذَنْبًا فَقَالَ يَا رَبِّ إِنِّى أَذْنَبْتُ ذَنْبًا فَاغْفِرْ لِى فَقَالَ رَبُّهُ عَلِمَ عَبْدِى أَنَّ لَهُ رَبًّا يَغْفِرُ الذَّنْبَ وَيَأْخُذُ بِهِ فَغَفَرَ لَهُ ثُمَّ مَكَثَ مَا شَاءَ اللَّهُ ثُمَّ أَصَابَ ذَنْبًا آخَرَ وَرُبَّمَا قَالَ أَذْنَبَ ذَنْبًا آخَرَ فَقَالَ يَا رَبِّ إِنِّى أَذْنَبْتُ ذَنْبًا آخَرَ فَاغْفِرْ لِى قَالَ رَبُّهُ عَلِمَ عَبْدِى أَنَّ لَهُ رَبًّا يَغْفِرُ الذَّنْبَ وَيَأْخُذُ بِهِ فَغَفَرَ لَهُ ثُمَّ مَكَثَ مَا شَاءَ اللَّهُ ثُمَّ أَصَابَ ذَنْبًا آخَرَ وَرُبَّمَا قَالَ أَذْنَبَ ذَنْبًا آخَرَ فَقَالَ يَا رَبِّ إِنِّى أَذْنَبْتُ ذَنْبًا آخَرَ فَاغْفِرْ لِى فَقَالَ رَبُّهُ عَلِمَ عَبْدِى أَنَّ لَهُ رَبًّا يَغْفِرُ الذَّنْبَ وَيَأْخُذُ بِهِ فَقَالَ رَبُّهُ غَفَرْتُ لِعَبْدِى فَلْيَعْمَلْ مَا شَاء
Artinya : Ada seorang hamba yang berbuat dosa lalu mengadu kepada Allah SWT : “Ya Allah aku telah berbuat dosa, aku mohon ampunilah aku”, lalu Allah SWT berfirman : “Hambaku tahu bahwa ia memiliki tuhan yang maha mengampuni dosa”, dan seiring berjalannya waktu ia mengulangi untuk berbuat dosa lagi dan berkata : “Ya Allah aku telah berbuat dosa lagi, ampunilah aku ya Allah”, Allah berfirman : “Ia tahu kalau punya tuhan maha mengampuni dosa, makasih hendaklah ia berbuat sesukanya”
(HR.Bukharino.7068).
Ibnu Hajar Al Asqalani menjelaskan makna dari firman Allah ‘‘Aku telah ampuni dosa hamba-Ku, maka hendaklah ia berbuat sesukanya’’, yang dimaksud adalah ketika melakukan maksiat, tetapi selalu bertaubat, maka Allah SWT akan selalu mengampuni dosa yang diperbuat. Untuk memperkuat hal ini beliau juga menambahkan perkataan dari Imam An Nawawi : Jika ada seorang hamba yang berbuat dosa seratus kali, seribu kali, atau bahkan lebih banyak, kemudian disetiap berbuat dosa ia bertaubat, maka Allah SWT menerima taubatnya. Bahkan jika dari ribuan perbuatan dosa yang telah dilakukan pun dan ia hanya sekali bertaubat, maka taubatnya akan tetap diterima. Seperti pesan yang disampaikan oleh Imam Al-Ghazali yang berbunyi “Jika kamu bertaubat, kemudian berbuat dosa lagi, maka segera bertaubatlah. Katakan pada dirimu “Semoga aku mati sebelum aku mengulangi perbuatan dosa lagi”. Begitu seterusnya, sama seperti engkau melakukan dosa lalu mengulanginya, engkau harus bertaubat dan terus menerus mengulanginya.
Penulis: Salma Zaki Prasetyo.
(Isi di luar tanggung jawab PCNU Tulungagung. Identitas penulis ada pada redaksi).
Komentar Terbaru