Oleh: Kang Yanu

Al-Qur’an merupakan sumber dan pedoman utama bagi umat Islam yang diyakini sebagai wahyu Allah yang turun kepada Nabi Muhammad ﷺ. Adapun definisi wahyu adalah suatu kebenaran yang disampaikan Allah SWT kepada para nabi-Nya.

Wahyu apapun yang didapatkan oleh Nabi Muhammad SAW, sumbernya berasal dari Allah SWT. Yang perlu kita perhatikan adalah bahwasanya nabi Muhammad SAW tidak hanya berperan sebagai nabi dan rasul, tetapi juga sebagai teladan bagi umat manusia.
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرًاۗ
Artinya : “Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah.” (QS Al Ahzab;21)

Karenanya, seluruh kehidupan Nabi SAW adalah wahyu Allah SWT yang memungkinkan untuk diikuti oleh manusia. Seluruh kehidupan Nabi SAW ini dinamakan hadis. Allah SWT menjelaskan bahwa Nabi SAW adalah manusia biasa seperti manusia lainnya, tapi memiliki keistimewaan yang luar biasa.
Sebagaimana Allah SWT menegaskan dalam Al-Quran bahwa Rasulullah SAW adalah manusia biasa:

قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَى إِلَيَّ

“Katakankah (wahai Muhammad) sesungguhnya aku adalah manusia sepertimu, yang diberikan wahyu…” (QS Al-Kahfi: 110).

Ketika Nabi SAW melakukan kesalahan perhitungan dalam pola tanam pohon kurma, maka hal ini juga menjadi pelajaran bahwa Nabi SAW juga bisa salah. Hanya saja, kesalahan tersebut tidak menjatuhkan martabat dan moral Nabi SAW.

Agar wahyu al-Quran terpisah dari wahyu yang lain, Nabi SAW membacakan ayat al-Quran secara tersendiri. Para sahabat yang hidup bersama Nabi SAW telah bisa membedakan antara wahyu al-Quran dan hadis. Melalui bimbingan Nabi SAW, mereka bisa membedakan catatan dan hafalan al-Quran dan hadis. Setelah jauh dari masa Nabi SAW, para ulama telah merumuskan perbedaan antara wahyu al-Quran dan wahyu hadis.
Dalam wahyu al-Quran, semua kalimat dan makna berasal dari Allah SWT. Dan dalam wahyu hadis, hanya makna yang berasal dari Allah SWT, sedangkan kalimatnya disusun oleh Nabi SAW sendiri.

Al-Quran mengandung tantangan yang mampu melemahkan lawan, hadis tidak demikian (Manna’ Khalil Qaththan, al Mabahits fi ‘Ulum al Qur’an 1994: 26-27). Nabi SAW memberikan perhatian lebih dalam pencatatan al-Quran dibanding hadis.
Wahyu hadis dapat dibagi menjadi dua bentuk, yaitu hadis Nabi SAW dan hadis Qudsi. Jika Nabi SAW mengutip Firman Allah SWT saat menyatakan hadis, maka disebut hadis Qudsi. Contoh redaksi hadis Qudsi adalah “Nabi SAW bersabda: Allah SWT telah berfirman, …..”” atau “dari Nabi SAW mengenai Firman Allah SWT: ….”. Meski ada ungkapan Firman Allah SWT, hadis Qudsi tetap bukan al-Qur’an serta tidak berstatus sama dengan al Quran. Keagungan al-Qur’an tidak dapat dibandingkan dengan yang lain. Keagungan al-Qur’an tersebut juga tampak dari nama- namanya.