(TULUNGAGUNG) “Anda anda sekalian dan kita semua yang hadir ini adalah bagian dari generasi penerus perjuangan Mbah Hasyim, Wahab, Mbah Bisri dan para pejuang lainnya, anda harus sadar itu”

Demikian tausiyah singkat tapi penuh makna dari KH Abdul Kholiq Pengasuh Ponpes Mbah Doel. Kyai sepuh yang pernah menjadi aktivis PMII UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ini dawuh dihadapan 500an kader PMII Tulungagung seusai memimpin pembacaan istighotsah dan sekaligus doa untuk para pendiri NU dan pahlawan peristiwa 10 Nopember 1945.

Memperingati Hari Santri Nasional tahun 2018, Pengurus Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Tulungagung menggelar kegiatan Istighotsah akbar dan refleksi resolusi jihad. Acara ini dilaksanakan pada Senin, 23/10 di Masjid Besar Nurul Huda Pondok Pesantren Mbah Doel Plosokadang Kedungwaru Tulungagung.

Dalam sambutannya, Ketua Mabincab PMII Tulungagung Dr. H. Abdul Aziz menuturkan pentingnya sebuah inovasi pergerakan. “Era sekarang adalah era teknologi informasi, sehingga PMII harus pandai memanfaatkan era ini untuk penguatan gerakan kemahasiswaan baik internal maupun eksternal” paparnya. H. Ahmad Syafii Sekretaris Ikatan Alumni PMII mengingatkan pentingnya penguatan sinergi gerakan antara PMII dan Alumni.

Sementara itu, Wakil Ketua PCNU Tulungagung Mohammad Fatah Masrun mengajak kepada seluruh kader PMII untuk memberikan kontribusi nyata kepada negara dengan spirit resolusi jihad 22 Oktober 1945. “Spirit resolusi jihad itu melawan sistem sosial politik yang imperialistik dan kapitalistik, setiap kader PMII hukumnya Wajib ‘Ain melawan itu” tegas Kang Fatah, sapaan akrabnya.

Selain menyampaikan resolusi jihad, Mantan Ketum PC PMII Tulungagung 2002-2003 itu juga mengingatkan beberapa tips agar PMII mampu menjadi garda depan dalam gerakan jihad di era sekarang. Pertama, memperkaya bacaan dan literatur. Kedua, menjaga intensitas diskusi dan halaqah. Dan ketiga adalah memperkuat gerakan literasi khususnya di media sosial./mfm/