(Tulungagung) Dalam rangka memperingati Harlah IPNU ke 64 dan IPPNU ke 63, Majlis Alumni IPNU-IPPNU Cabang Tulungagung menggelar sarasehan kebangsaan. Sarasehan ini mengambil tema “membangun negeri, mengawal NKRI”.

Sarasehan yang digelar Sabtu, 3 Maret 2018 di Kantor PCNU Tulungagung dihadiri para mantan ketua PC IPNU IPPNU Tulungagung. Diantaranya adalah KH Rahadian Abd Rosyid, H. Zainal Abidin, Eko Wijianto, Rofiqun Ni’am, Slamet Riyadi, Tika Nifatul Husna dan Lain-lain.

Hadir pula sederetan sosok yang pernah dibesarkan di lingkungan IPNU. Tampak hadir H. Sigid Purwanto, Misyono, Muqoddam, Mohammad Fatah Masrun, Nur Huda Provost, Nurhuda Elloved dan nama lainnya yang saat ini sudah menjadi profesional muda di bidangnya masing-masing.

Berikut ini pointers sarasehan alumni yang yang berlangsung mulai pukul 20.00 – 23.00 WIB.

Eko Wijianto
Sarasehan alumni ini dimaksudkan untuk merekatkan silaturahim Antar Alumni dan antara alumni dengan kader. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini telah melemahkan jalinan silaturahim kader IPNU IPPNU. Kader IPNU IPPNU harus menyebar kemana-mana, misalkan dalam moment Pilkada saat ini bisa melibatkan diri dalam penyelenggara pemilu baik PPK, PPS dan KPPS yang akan segera dilakukan perekrutan.

KH Rahadian Abd Rosyad
Saya menjadi kader IPNU sejak tahun 1976, dan menjadi PC IPNU Tulungagung tahun 1991-1992. Kader muda NU harus berperan aktif membangun negeri. Peran aktif itu bisa dilakukan di semua bidang. Karenanya kader muda NU harus berproses di organisasi mulai dari IPNU dan IPPNU.

H. Zaenal Abidin
Untuk bisa membangun negeri dan mengawal NKRI, kaderisasi mutlak harus dijalankan. Kader IPNU dan IPPNU harus mengikuti kaderisasi secara sistematis.

Mohammad Fatah
Penting bagi kader muda NU meneladani spirit para pendahulu dalam membangun negeri. Spirit itu bisa dipelajari dari Perjuangan Mbah Kyai Wahab Chasbullah merintis berdirinya Nahdlatul Wathon pada tahun 1916 yang saat itu masih berusia 28 tahun. Demikian pula dinamika sejarah berdirinya IPNU, mulai dari PERSANO 1939, IMNU 1947, IMNU 1950 hingga 1954 lahirlah IPNU. Semua itu menjadi bagian dari upaya keterlibatan kader muda NU membangun bangsa.

H. Sigit Purwanto
Kiprah kader IPNU IPPNU dalam membangun negeri harus diawali dengan membangun kepribadian kader IPNU IPPNU dengan baik. Motto Belajar Berjuang dan Bertaqwa harus di pegang teguh dan harus dipahami secara tuntas.

Muqodam
Proses penempaan kader IPNU dan IPPNU jangan sampai meninggalkan madrasah diniyah ataupun pondok pesantren. Dalam berjuang di organisasi IPNU atau IPPNU jangan sampai meninggalkan guru.

Misyono
Nasionalisme itu harus menjadi paradigma gerakan IPNU dan IPPNU. Dalam komunitas kita Nasionalisme di kenal dengan istilah Hubbul Wathon Minal Iman. Bung Karno telah mampu membangkitkan Nasionalisme bagi masyarakat abangan, dan Nasionalisme kaum santri dibangkitkan oleh Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari. Kita bersyukur ada NU, islam di negeri lain gegeran terus karena islam di sana tidak memiliki organisasi seperti NU.

Nur Huda Provost
Sekarang ini kader IPNU IPPNU harus memperbanyak gerakan silaturahim. Jika ada sesuatu yang kurang jelas harus segera dilakukan tabayun.

KH Rahadian Abd Rosyid
Mari kita berdoa bersama semoga IPNU IPPNU semakin maju dan berkembang.

Wallohu A’lam