الخامسُ والسادسُ تعجيلُ الفِطرِ وتأخيرُ السَّحورِ لقوله صلى الله عل وسلم: تَسَحَّرُوا فَإِنَّ فِي السَّحُورِ بَرَكَةً. وقال عليه السلام: لا يَزَالُ النَّاسُ بخَيْرٍ ما عَجَّلُوا الفِطْرَ. وقال عليه السلام: قال اللهُ عزَّ وجلَّ: أَحَبُّ عِبَادِي إِلَيَّ أَعْجَلُهُمْ فِطْرًا. وقال عليه السلام: لا يَزَالُ الدِّينُ ظاهِرًا ماعَجَّلَ الناسُ الفِطْرَ، لأنَّ اليهودَ والنصارَى يُؤَخِّرُونَ. قال عمرو بن ميمون: كان أصحابُ محمد صلى الله عليه وسلم أعجلَ الناسِ إفطارًا وأبطأَهم سَحورًا. وإنما أخَّر السَّحورَ لِيتقَوَّى به على الصَّومِ كيلا يُجهدَه الصَّومُ، فيُقعدَه عن كثيرٍ من الطاعاتِ. وقد كان بينَ سَحورِ رسولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم وبين صلاتِه قدرُخمسين آيةً. وإنما عجَّل الفِطرَ لأن الجُوعَ والعطشَ ربما ضرَّ به، فلا وجهَ في إبطالِ النفسِ لذلك مع أنه لا قُربةَ فيه. وقد رُىٔيَ بعضُ ظُرفاءِ السلفِ يأكلُ في السُّوقِ، فقيل له في ذلك، فقال: مَطْلُ الغَنِيِّ ظُلْمٌ.

Adab puasa yang kelima dan keenam adalah menyegerakan berbuka puasa dan mengakhirkan sahur, berdasarkan sabda Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam: “Sahurlah kalian, karena sesungguhnya dalam sahur itu mengandung keberkahan”. Dan Nabi ‘alaihissalam bersabda: “Manusia senantiasa berada dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka”. Dan Nabi ‘alaihissalam bersabda: “Allah ‘azza wa jalla berfirman: “Hambaku yang paling Aku cintai adalah dia yang selalu menyegerakan berbuka”. Dan Nabi ‘alaihissalam bersabda: “Agama islam akan senantiasa berjaya selagi manusia menyegerakan berbuka, karena sesungguhnya Yahudi dan Nashrani mengakhirkannya”. ‘Amr bin Maimun berkata: “Para sahabat Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam adalah orang-orang yang paling menyegerakan berbuka dan paling lambat melakukan sahur”.
Orang yang berpuasa mengakhirkan sahur agar memperoleh kekuatan untuk berpuasa, agar puasa tidak membuatnya payah, sehingga mengabaikan banyak ketaatan (selama berpuasa). Jarak waktu antara sahurnya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dengan shalat subuhnya adalah kadar membaca lima puluh ayat.
Orang yang berpuasa menyegerakan berbuka karena lapar dan dahaga terkadang dapat membahayakan dirinya, maka tidak ada alasan untuk menyia-nyiakan diri dengan menanggung lapar dan dahaga yang tidak terdapat unsur pendekatan diri kepada Allah. Sebagian orang cerdas dari kalangan ulama salaf terlihat menyantap makanan (menyegerakan berbuka) di pasar, lalu ditanyakan kepadanya tentang hal itu, lalu dia menjawab: “Menunda membayar hutang bagi orang yang mampu adalah kedhaliman”. (Menunda berbuka puasa bagi yang mampu adalah kedhaliman).
Wallahu a’lam bisshawab.

Sumber: Maqashid al-Shaum karya Sulthan al-Ulama Syaikh ‘Izz al-Din ‘Abd. al-‘Aziz ibn ‘Abd. al-Salam al-Sulami al-Syafi’i, hal. 21-23.

Bagus Ahmadi
Pondok MIA Putra
Pacet Moyoketen Boyolangu Tulungagung
Ahad, 24 Maret 2024.