Di era digital yang serba cepat ini, informasi dapat menyebar hanya dalam hitungan detik. Media sosial, grup pesan instan, dan berbagai platform komunikasi mempermudah orang untuk berbagi berita. Namun, kemudahan ini sering kali diiringi dengan maraknya informasi palsu atau hoaks yang dapat memicu keresahan, konflik, bahkan perpecahan. Dalam situasi seperti ini, nilai-nilai Islam, khususnya yang terkandung dalam hadis tentang tabayyun, menjadi sangat relevan untuk diterapkan.

Konsep tabayyun berasal dari kata kerja dalam bahasa Arab yang berarti “memeriksa” atau “mengklarifikasi”. Istilah ini disebutkan dalam Al-Qur’an, salah satunya dalam Surah Al-Hujurat ayat 6:

َا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَىٰ مَا فَعَلْتُمْ

“Wahai orang-orang yang beriman, jika datang kepada kalian seorang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kalian tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kalian menyesal atas perbuatan itu.”

Ayat ini mengajarkan pentingnya sikap berhati-hati sebelum menerima dan menyebarkan informasi. Dalam konteks hadis, Rasulullah SAW juga menekankan pentingnya kejujuran dan menghindari penyebaran kebohongan. Salah satu hadis yang relevan menyatakan:

كَفَى بِالْمَرْءِ كَذِبًا أَنْ يُحَدِّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَ

“Rasulullah ﷺ bersabda, “Cukuplah seseorang (dianggap) berbohong apabila dia menceritakan semua yang dia dengarkan.”

Hadis ini mengajarkan bahwa tidak semua informasi yang kita terima layak untuk disebarkan, terutama jika kebenarannya belum jelas.

 

مَنْ حَدَّثَ بِحَدِيثٍ فَصَارَ كَذِبًا وَهُوَ يَعْلَمُ فَإِنَّهُ إِنَّمَا يَكُونُ فِي النَّارِ

“Barangsiapa yang mendengar sebuah berita, kemudian ia tidak memverifikasi kebenarannya, maka ia adalah bagian dari orang yang mendustakan.” (HR. Al-Bukhari)

Hadis- hadis tersebut menggaris bawahi pentingnya verifikasi terhadap berita atau informasi yang kita terima. Tanpa melakukan tabayyun, kita tidak hanya menyebarkan kebohongan, tetapi juga turut serta dalam mendustakan kebenaran. Dalam fenomenologi, ini berarti kita harus menilai dan memahami secara mendalam informasi yang kita terima agar tidak terjerumus pada prasangka atau kebohongan.

Dalam hadis ini para ulama menjelaskan bahwa pentingnya melakukan tabayyun adalah untuk memastikan bahwa kita tidak terlibat dalam perbuatan yang merugikan orang lain dengan menyebarkan informasi yang salah. Tabayyun adalah kewajiban yang harus dilakukan oleh setiap individu, terutama dalam era informasi yang begitu cepat berkembang.

Hoaks memiliki dampak yang luas dan merugikan. Beberapa di antaranya meliputi:

  1. Keresahan Publik: Hoaks tentang isu kesehatan, politik, atau bencana alam dapat menciptakan kepanikan massal.
  2. Kerusakan Reputasi: Informasi palsu yang menyerang individu atau kelompok dapat merusak nama baik mereka.
  3. Perpecahan Sosial: Hoaks yang mengandung unsur provokasi dapat memecah belah masyarakat berdasarkan agama, suku, atau golongan.
  4. Penyimpangan Keputusan: Informasi yang tidak benar dapat mengarahkan masyarakat pada keputusan yang salah, baik dalam konteks pribadi maupun publik.

Di sinilah pentingnya menerapkan tabayyun untuk meminimalkan dampak buruk tersebut.  Menerapkan Tabayyun dalam Kehidupan Sehari-hari . Berikut beberapa langkah praktis untuk menerapkan prinsip tabayyun dalam menghadapi informasi:

  1. Periksa Sumber Informasi
  2. Pastikan informasi yang diterima berasal dari sumber yang terpercaya. Jika sumbernya tidak jelas atau meragukan, hindari menyebarkannya.
  3. Tunda Penyebaran
  4. Tidak semua informasi harus segera dibagikan. Luangkan waktu untuk memverifikasi kebenaran informasi sebelum meneruskannya kepada orang lain.
  5. Kroscek Fakta
  6. Bandingkan informasi dengan berita dari media atau sumber lain yang lebih kredibel. Jika informasi tersebut tidak ditemukan dalam sumber yang valid, ada kemungkinan besar itu adalah hoaks.
  7. Hindari Judul Sensasional
  8. Hoaks sering kali memiliki judul yang provokatif atau emosional untuk menarik perhatian. Sebaiknya jangan langsung percaya pada informasi hanya berdasarkan judulnya.
  9. Gunakan Akal Sehat dan Etika
  10. Sebagai Muslim, kita diajarkan untuk berpikir kritis dan berpegang pada nilai-nilai kebenaran. Menyebarkan informasi yang tidak jelas kebenarannya bisa jadi masuk dalam kategori ghibah atau bahkan fitnah.

Jika prinsip tabayyun diterapkan secara luas, masyarakat dapat menikmati beberapa manfaat berikut:

  1. Meningkatkan Kepercayaan Sosial  Dengan menyaring informasi yang disebarkan, kita dapat membangun kepercayaan di tengah masyarakat.
  2. Mengurangi Konflik
  3. Tabayyun dapat mencegah munculnya konflik yang disebabkan oleh kesalahpahaman atau informasi palsu.
  4. Membangun Masyarakat yang Cerdas
  5. Sikap kritis terhadap informasi dapat mendorong masyarakat untuk lebih teliti dan bertanggung jawab dalam menerima dan menyebarkan berita.
  6. Meneladani Akhlak Rasulullah
  7. Dengan menerapkan tabayyun, kita mengikuti jejak Rasulullah SAW yang selalu berhati-hati dalam bertindak dan berkata-kata.

Tabayyun merupakan prinsip penting yang diajarkan dalam Islam untuk menghindari kerusakan akibat informasi yang tidak terverifikasi. Dalam menghadapi hoaks dan disinformasi, tabayyun bukan hanya sekedar memeriksa kebenaran informasi, tetapi juga memerlukan sikap hati-hati dan bertanggung jawab. Dalam perspektif fenomenologis, tabayyun mengajarkan kita untuk memahami fenomena informasi secara mendalam dan tidak terburu-buru mengambil kesimpulan. Dengan memahami dan menerapkan tabayyun, kita dapat menghadapi tantangan informasi di era digital ini dengan bijak dan menghindari kerusakan sosial yang disebabkan oleh hoaks dan disinformasi.

Penulis: Rikana Nur Lailatul
(Isi di luar tanggung jawab PCNU Tulungagung. Identitas penulis ada pada redaksi).